Senin, 26 Mei 2014

Rasa gusar yang menjalar

Ntah apa yang membuat ku malam ini merasa gusar. Ntah berapa kali aku menginjak kotak-kotak lantai hanya untuk keluar masuk kamar. Ntah apa yang meredupkan semangatku yang biasa berkobar. Ntah apa yang melumpuhkan saraf memoriku untuk mengulas kisah yang membuat hatiku bergetar. Ntah mengapa palung hati ini terasa begitu tawar. Ntah mengapa ruang kalbu ini terasa terbakar. Ntahlah.. aku tak mampu menorehkan alasan dari segala kegusaran dengan tinta di atas lembaran suci tak bergambar.


Hampir sebulan aku membiarkan waktu terlantar. Bukan karna ku (sok) sibuk dengan tugas yang begitu sukar. Bukan sebab ku terlalu menikmati liburan akhir seorang pelajar bersama pacar. Ah, pacar? Saat para kumbang  mendekati mahkotaku saja, aku menghindar. Apalagi pacar.. tak ada asa bagiku memiliki makhluk itu (lagi) walau hanya sebentar.

Lalu, apa aku harus mengakui bahwa setiap ku mengingat parasmu, hatiku tak henti bergetar? Membentuk molekul-molekul di langit sanubari hingga menciptakan halilintar. Menerangi gelapnya palung batinku yang (pernah) merintih menahan sabar. Menampakkan goresan luka menganga pada dinding hatiku yang (pernah) tercakar.

Ahsudahlah, aku tak akan membuat rasa gusarku seakan-akan begitu cetar. Selama hampir sebulan ini memang sengaja ku telantarkan waktu agar ku bisa mendengar kabar. Kabar apa kau telah sukses melangkah dari masa lalumu ataukah masih belajar. Belajar menggores kisah baru di kanvas suci yang telah Tuhan gelar. Walaupun setiap melihatmu hatiku tak henti bergetar.

Ku tahu jerit batinku yang memanggil namamu tak pernah kau dengar. Ya.. aku begitu paham dan sadar. Sadar bahwa kita hanyalah seseorang yang (pernah) merasa tercakar. Yang (pernah) merintih menahan sabar. Sabar mendengar orang lain yang kita cintai berhenti mendengar. Mendengar nada rindu yang selalu mengalir layaknya lahar.

Kini ku sadar..! Rasa gusar yang enggan mengindar.. rasa resah yang sedari tadi masih bersandar.. rasa gundah yang tak inginkan ku pergi berlayar.. adalah alasanku malam ini tak mendengar kabar yang biasa kau kicaukan dalam deretan huruf yang berjajar.

Mungkin ini tak wajar. Namun ku harap suatu hari nanti Tuhan mengaktifkan selaput gendang telingamu agar kau bisa mendengar. Mendengar jerit batinku yang memanggil namamu—sahabatku dengan tegar. Memang ini sungguh tak wajar!! Bagaimana bisa aku jatuh pada palung hatimu yang selama ini membuatku tegar merawat luka cakar?
Ahsudahlah.. ku biarkan rasa tak wajar ini tetap menjalar mengikuti arus lahar yang suatu saat pasti terhenti pada resapan akar. Atau mengikuti jejak sang Waktu hingga akhirnya mendarat pada puncak pudar.














Kaki Gunung Kelud.
Masih menikmati liburan akhir  seorang pelajar, sambil meredamkan rasa gusar yang menjalar.

14 komentar:

  1. lumayan buat rfreshing lihat blog ini...
    Kunjungi balik ya?? wijayaputra77.blogspot.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. ealah.. anak SMEKSA..

      oke dek!! *meluncur*

      Hapus
  2. Selalu puitis! gusar, menjalar, berkobar, terbakar, lahar, pudar, semua berakhiran ar. yang mau gue tanya darimana semua perbendaharaan kata kata itu berasal???

    BalasHapus
    Balasan
    1. puitis..? tapi aku enggak lagi bikin puisi loh yak.. :D

      itu perbendaharaan kata gua dapet pas semedi di bawah pohon cabe deket kamar ..

      Hapus
  3. bagus tulisan nya, lanjutkan..

    BalasHapus
  4. Semangat yg redup hendaknya dikobarkan kembali. Jgn biarkan waktu menjadi terlantar karena waktu tak bisa diputar lagi. Rasa gusar pun bisa dibuat pergi, maka jgn dijadikan alibi. Biarkan perasaan mengalir dengan hati-hati, menuju ke tempat yg telah diidam idamkan sampai saat ini.

    Hahaha salam kenal yaa ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tak ku sia-siakan sang Waktu datang menyapaku bersama semngat yang telah berkobar.
      Kan ku buat pergi rasa gusar yang menjalar, akan semangatku tak bosan berkobar.
      Ku biarkan perasaan ini mengalir layaknya saat kau sapa diriku lewat komentar ini..


      uhuuuuuw!! salam kenal juga :)

      Hapus
  5. Ntah kenapa begitu membaca tulisan ini hatiku ikutan gusar ya, hehehe... Salam kenal :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe... bisa aja.. salam kenal juga Dwi.. :)))

      Hapus
  6. Cerita beraroma puisi, nice :D

    BalasHapus

Udah ngejanya? thanks yak... :)))) tapi gak keren donk kalo gak koment, gak sexy donk kalo gak ngisi, koment apa aja boleh.. yg penting bisa dieja. Tinggalin jejak lu juga yak biar gak disangka Maling.. :)