Keriuhan gedung
pendidikan dari berbagai sudut kelas masih menyelubungi tubuhku, langkah kaki yg semakin terdengar jelas mendekat, suara martil dari kuli-kuli yg meyakinkan
berberapa paku agar hidup bersama dengan dinding yg telah renta, alunan mp3
dari salah satu mobile phone seorang
dengan putih abu-abu yg melekat di raganya menuju ruang
OSIS, dan gemercik air wudhu yg berlomba mencari tempat terendah untuk kembali
memeluk tanah.
“Fu?” suara itu
terdengar bersama dengan jemarinya yg asyik bermain dengan balok-balok mini
yang menempel pada keyboard.
“Hemb....?”
sautku masih dengan menatap layar monitor yg tak henti menampilkan deretan
huruf dari salah satu blog dengan visitor yg jarang absen.
“Furi...?
kembali suara itu menyelimuti gendang telingaku dengan volume yg bertambah.
“Ya zom..?”
Dengan senyum lebar yg begitu hangat, seperti biasa ia menunjukkan
gigi-giginya pada wajahku yg reflek menoleh untuk menumui sumber suara yg
sedikit manja itu.
“Mungkin
kalau kita udah selesai UAN pasti jadi tambah sering ngeblog ya...?”
“Ehm... iya
deh kayaknya. Kan udah gak mikirin si UN lagi.. heehee”
Aku dan dia
saling melempar senyum dan kembali menatap monitor masing-masing sambil tak sabar
menanti hari itu menghampiriku dan Zombi, Ya! Zombi.. wanita berkerudung yg
mengidap rasa PD level akut. Entah berapa kali dia menyebutkan dalam blognya
bahwa aku dan dia layaknya pinang yg dibelah dua.
Percakapan
kecil di sela-sela obrolan hangat masih menggema di telinga, rasanya masih
kemarin kata-kata itu terlahir ke dunia dan bermain di udara. Bahkan bekas
lipatan kaki yg bersila di teras masjid gedung pendidikan itu masih tampak,
belum pergi bersama butiran debu dari atap yg terlihat tua. Waktu memang tak
pernah memberi kabar bagaimana ia akan melaju, dengan cepat ataukah melambat di
belakang siput yg sedang berlari. Waktu selalu dan masih menjadi misteri dalam
hidupku, terkadang ia mengajak hasaratku untuk segera meninggalkan keadaan yg
begitu lamban, namun terkadang ia membuatku menarik tangannya untuk sejenak
membekukan suasana layaknya saat seseorang yg membuatku tak henti melukis
lengkung pelangi diantara dua pipi bersanding di sisi.
Waktu pun
kembali menarik memoriku pada percakapan yg ditutup dengan lemparan senyum, saat
itu aku berfikir akan lebih semangat senam jari di atas keyped HP warisan suami
ibuku atau pun koprol di atas keyboard leptop milik kakak iparku, lebih berhasrat menyebar benih-benih imajinasi di ladang subur ini, dan
menari bersama memori-memori yg kudokumentasikan menjadi coretan-coretan dan
selalu kumusiumkan di ranjang EndokAsin. Ternyata waktu berkata lain, entah aku yg menyia-nyiakannya atau ia yg
meninggalkanku tanpa jejak. Hari berganti hari, waktu semakin berjalan dengan
menambah kecepatan di setiap langkahnya. Dan aku, aku hanya diam membisu tanpa
sedikitpun menggerakkan jari bahkan membiarkan wadah memori ini penuh oleh imajinasi, hingga musium itu kembali sepi.
Ahsudahlah..
aku tak ingin menyalahkan waktu. Kalau pun ia benar meninggalkanku itu juga
bukan salahnya, ini salahku.. harusnya aku mengejarnya dan tak henti
mengeluarkan isi ruang imajinasi yg telah penuh terisi. Ahsudahlah.. aku juga
tak ingin menyalahkan diri ini, kalau pun diri ini yg membangun kesalahan..
harusnya waktu membantuku meruntuhkan ini. Ah.. ini membuat suasana semakin tak
bersahabat, maafkan aku waktu.. aku memang mengacuhkanmu beberapa hari ini, tak
mengganggap kehadiranmu, kehadiranmu yg setia menungguku untuk menggerakkan
jemariku dan memfokuskan mataku di depan monitor. Maafkan aku yg menuduhmu
meninggalkanku, itu bukan maumu.. itu memang kekilafanku yg perlahan membuatmu
semakin menghancurkanmu.. Ah, maafkan aku waktu..
Waktu,
ingatkah kau saat ku menari membentuk pola-pola imajinasi.. di mana saat itu
aku mengakui bahwa first is hardest. Mungkin hal itu terulang padaku setelah
berperang melawan pasukan dengan senjata terampuh mereka yg telah dibalut
dengan butiran soal dengan sempurna berlabel UN. Waktu, ingatkan aku saat ku
mulai menyia-nyiakanmu lagi, namun sungguh..! Jangan berfikir bahwa ku berencana
untuk melakukan hal itu. Kau tahu kan kalau aku hanya manusia biasa yg mudah
kilaf, manusia yg menjadi wadah salah, dan tak lelah menampung berbagai masalah
dan rasa gundah. Baiklah.. ku yakin kau tau dan tak akan berpura-pura tidak
tahu.
----------------------_________________________________________________------------------------
Sirahgolo..
Di
balik tirai dengan lemah gemulai diterpa angin malam yg membawa alunan
ayat-ayat suci dari dalam surau.
ps: Sirahgolo, salah satu tempat yg didokumentasikan dalam PIONIR-8
kamu lg ngomongin aku, ya? :p
BalasHapusngaku deh ngaku haha
kamu siapa... hahaha...
Hapus*ketcuphangat*
Hhaduh, jadi kebawa suasana.. *ambil tisu*
BalasHapushaduuh... salah ambil tuh, itu tisu bekas ...--__--
Hapus