Detik_Detak_Degup SNMPTN

Selamat sore cinta.....!!! Apa kau masih mendengar sorak nada yang terlahir dari pita suaraku? Suaraku yang biasa bermain di selaput gendang telingamu. Telingamu yang ku harap masih akan tetap berfungsi mendengar kisah kita yang beberapa menit lagi akan tergores sempurna di kanvas kita masing-masing. Masing-masing dari kita pasti punya jalan yang berbeda. Berbeda antara kau dan aku tak kan pernah menghalangi langkah kita yang pasti satu jua. Jua dirinya yang mungkin sebentar lagi akan menyusuri cabang jalan kehidupannya sendiri.

Sendiri pagi ini aku menatap layar HP yang masih berisi pesan singkatmu malam lalu. Lalu aku bergegas menyusuri jalanan aspal tua menuju kota Tahu. Kota Tahu di mana kau dan aku menimba ilmu demi menggenggam masa depan. Depan sekali aku mengemudikan mesin pengkonsumsi bensin. Bensin yang ku lihat dalam perutnya ternyata menipis dan hampir mencapai titik habis. Habis ku isi perut mesin beroda dua itu, aku bergegas melaju mengikuti denah yang kau kirim menuju salon. Salon di mana kau dan aku di tiga puluh satu Mei akan dirubahnya menjadi Ratu sehari dengan kebayak bermotif emas.

Emas cair yang sudah kita tuangkan pada alat penggores kisah kita di masa depan pun telah siap dipakai. Dipakai untuk merangsang air mata orang tua kita keluar_mengalir menganak sungai di antara dua tebing pipi. Pipi kita pun tak kalah dengan warna tomat yang siap dipetik oleh petani sat mereka memandang kita. Kita pasti sukses, tenanglah.. yakinlah.. senyumlah.. tinggal beberapa menit lagi pengumuman itu meluncur di hadapmu. Di hadapmulah masa depan penuh bintang tak lelah menghidupkan sinar paling terang.

Terangi hatimu dengan rasa syukur di mana kau masih bisa menghirup O2 tanpa biaya. Biaya kita untuk menikmati alam, senja, dan fajar tak kan mampu terbayar. Terbayar lunas dengan kata syukur kepada-Nya, ya hanya itulah yang mampu menebus segala kenikmatan ini. Ini bukan akhir Lis, apapun yang terjadi di dua puluh tujuh Mei dua ribu empat belas ini adalah sesuatu yang terbaik dari-Nya untukmu.

Untukmu yang saat ini masih merasakan kegalauan hebat penuh harapan serta rasa gusar yang terus berkobar. Berkobar hingga mengalahkan senyummu yang tak pernah pudar. Pudarkan segala fikiran negatif sebelum kau menemui hasil keLOLOSan. KeLOLOSan yang mungkin berpihak pada yang lain juga pudarkan Lis. Lis, apapun yang tejadi nanti pasti adalah sebagian kecil garis kehidupanmu yang pasti membawa lentera penerang masa depanmu. Masa depanmu, masa depanku, juga masa depannya pasti cerah. Cerah, secerah Mentari saat ia melemparkan senyum pada Kau, Aku, dan Dia—Segitiga Bermuda.

~Untuk kau yang berdegup hebat di detik-detik dekapan SNMPTN.

Dari ku yang biasa kau peluk di teras Masjid SMK ~